Sunday, February 7, 2016

Monolog Pesan (Sebuah Cerpen)

Beep!

Pesan singkat dariku rupanya telah terkirim agar kemudian sekian jumlah inch layar smartphone miliknya menyalakan cahaya beserta memunculkan kotak dialog pemberitahuan bahwa terdapat pesan baru yang diterima sehingga menyebabkan bunyi ‘beep!’ tersebut bersuara – bunyi yang sedikit mengganggu orang-orang di sekitarnya sebab mereka selalu berlagak sebagai pemuja keheningan yang abadi. Seolah-olah bunyi 'beep!' sepercik di antara keramaian atau kebisingan suasana kota mengganggu kehidupan mereka sehingga mereka bergegas menoleh jika ada seseorang yang menimbulkan bunyi tersebut dari smartphone miliknya.

Beep!

Pada sepuluh menit berikutnya aku kembali menjadi penyebab smartphone miliknya berbunyi. Sepuluh menit memang menjadi toleransiku untuk menunggu seseorang membalas pesan yang menurutku, setidaknya menurutku, penting untuk segera dibalas.

Beep!

Aku merasa mulai tidak enak oleh sebab pesanku sendiri yang terasa menyerang karena dikirim dalam selang waktu yang relatif singkat. Kamu sedang sibuk, kah? Akan aku coba kembali pada 30 menit yang akan datang.

Beep!

Chick Corea yang sedang sibuk memainkan improvisasi solo keytar pada bar ke-64 lagu “Got a Match?” dalam laman YouTube tidak lagi aku simak dan dengarkan. Tidak terdapat sinkronisasi kinerja antara mata, telinga, dan otak pada tubuhku yang konsentrasinya masing-masing terbagi atas layar smartphone, lagu “Got a Match?”, dan bayangan-bayangan bahwa tidak dibalasnya pesanku sebab kamu yang sedang sibuk berbalas pesan dengan orang lain. Hahaha.. Tidak mungkin, kan? Semoga tidak.

Beep! Beep!

Kali ini smartphone milikku yang menimbulkan bunyi. Bunyi ‘beep!’ sebanyak dua kali setelah 58 menit lamanya tidak bersuara, setelah dua akun media sosial aku telisik sampai lini masa yang paling lampau untuk membuktikan dan mendapatkan bukti bahwa kamu sedang aktif di sana, setelah Chick Corea menyelesaikan permainan musik yang dinamis bersama band hebatnya: Chick Corea Elektric Band, setelah segelas kopi Toraja yang aku seduh tadi dingin dan tersisa 1/3 gelas, setelah imajinasiku bermain dan mempermainkan perasaan pada diriku bahwa kamu sedang berbuat yang tidak aku inginkan, setelah semua itu, menandakan adanya pesan masuk. “Dari: 3636 – Aktifkan segera paket internet murah blablablablabla...”

Brengsek, 3636.

Ah, mungkin rasa penasarannya untuk segera membaca dan membalas pesanku sudah tidak lagi sama seperti dulu.
Ah, mungkin pesan dariku sudah tidak lagi membuatnya girang sebab waktu dapat terbunuh saat kita saling bertukar pesan singkat.
Ah, mungkin sudah ada cara lain untuknya membunuh waktu selain bertukar pesan singkat bersamaku.
Ah, mungkin ada teman bertukar pesan singkat baru yang menurutnya lebih menarik ketimbang aku.
Ah, mungkin…

Aku menghela nafas panjang.

Aku beranjak dari tempat duduk pada sudut kiri kamarku yang dihiasi poster besar Albert Einstein yang sedang menjulurkan lidah. Einstein pun sampai meledekku. Aku matikan laptop yang sedari tadi memainkan video musik pada laman YouTube yang sengaja aku buka. Aku mengenakan sandal jepit putih milikku untuk melindungi telapak kakiku dari panasnya aspal pada jam yang sedang menunjukkan pukul 14.02, atau dengan mengenakan sandal jepit yang demikian para pegawai warung nasi yang akan aku kunjungi dan kemudian aku perintahkan mereka untuk menghidangkanku sepiring makan siang tidak akan memandangku aneh sebab aku tidak mengenakan alas kaki. Biar kutinggal ponselku, sebentar saja kok. Lalu aku menutup dan mengunci pintu kamarku.


Beep! Beep!

Beep! Beep!

Beep! Beep!




Muhammad Al Ghifari
Februari 2016

No comments:

Post a Comment