Sunday, October 22, 2017

Tamu

Itu adalah sebuah kamar  dengan temboknya yang empat buah sisinya saling bersiku lagipula berhadapan. Dia ada di atas ranjang yang bersentuhan pada salah satu sisi tembok agar dengan demikian luas duabelas meter persegi kamar itu secara signifikan termafaatkan. Tangan kirinya memegang  kertas sementara tangan kanannya menggantung ke bawah ranjang secara bebas setelah sebelumnya melepaskan sesuatu. Matanya kosong menatap langit-langit, entah apa yang dilihatnya. Aku mengintip ruang itu melalui jendela tanpa tirai, dari kejauhan, kemudian mundur perlahan lalu menjemput hilang. Dua menit yang lalu.

Tok! Tok! Tok!
Merupakan suara yang ditimbulkan dari pintu bercat mahogany akibat dari arah yang berlawanan, seseorang mengetuknya.
“Ya? Sebentar, ya” Dia menanggapi bunyi pintu itu.
“Oh, kamu? Mari ke dalam,” lalu Dia berujar demikian setelah membuka dan melihat secara langsung pengetuk pintu itu. Enam menit yang lalu.


Ting!
Merupakan suara yang ditimbulkan dari coffee maker yang baru saja pada sekira tiga menit tiga puluh tujuh detik yang lalu menjalankan kodratnya sekaligus merampungkannya dengan baik.
Americano. Mau gula?” Dia bertanya bersamaan dengan tangannya yang menyodorkan cangkir bertuliskan ‘live. love.Life’ pada Tamu yang sudah Dia persilakan duduk di atas sofa yang berseberangan dengan kanvas berlukiskan Yesus yang secara sempurna telah dirampungkan sejak empat hari yang lalu.
Tamu menggelengkan kepala sebagai tanda untuk secara tidak langsung memerintahkan Dia segera ikut duduk di sampingnya untuk meminum kopi yang memang sengaja dibuat untuk berdua. Lima menit yang lalu.

Srek! Srek! Srek!
Merupakan suara yang ditimbulkan dari lembar-lembar kertas yang disobek secara cepat oleh Dia setelah sebelumnya secara saksama Dia baca. Kertas-kertas bertuliskan banyak paragraf yang berisi deskripsi serta analisis lengkap tentang Kehidupan adalah kertas-kertas yang baru saja Tamu kembalikan kepada Dia yang jauh sebelumnya Dia berikan kepada tamu itu setelah secara lengkap Dia tulis, yang juga, sebelumnya telah Tamu berikan beberapa coretan serta tulisan tambahan di seluruh paragraf sebagai tanggapan.
“Revisi? Meminta untuk itu pun aku tidak pernah,”
“Menurutku, kau butuh. Ambil lah. Itu cuma-cuma,”
“Tidak. Aku paling mengenal Kehidupan adalah alasan atas tulisanku,”
“Begitu kah? Tetapi kau pula mengenal aku bukan? Sebab demikian kau datang padaku dengan membawa lembar-lembar kertas itu beberapa waktu yang lalu,”
“Ya. Agar kau baca dengan saksama seperti aku menulisnya, bukan aku ingin bertanya atas apa yang ada di dalamnya,”
“Tetapi kau butuh itu. Lekas, ambil.”
“Kau ambil saja aku,”
“Maka kau tidak mengenal aku.”
“Aku paling mengenal Kehidupan,”
 Adalah kalimat terakhir yang terujar. Empat menit yang lalu.

Dor!
Merupakan  suara yang ditimbulkan oleh letusan peluru akibat ditariknya pelatuk Colt Revolver. Dia jatuh ke atas ranjang. Di tangan kirinya tergenggam kertas dengan tulisan,
“Kehidupan?”

 Tiga menit yang lalu.



Muhammad Al Ghifari

Oktober 2017