Wednesday, April 8, 2015

Pada Sebuah Kamar (Sebuah Cerpen)


Akhirnya sepi. Sepi, tidak begitu banyak yang berubah dari suasana ruang apartemen itu. Sebab waktu yang hanya berubah dan mengubah jalan kisah untuk siapa yang terikat. Alfa terduduk dengan tidak bermaksud untuk merenungkan jalan kisahnya, hanya saja memang waktu yang membuatnya terpaksa tidak berdaya di ruang apartemen itu, sepi.

            Senyum yang tidak seorang pun dapat menebak maknanya timbul ragu-ragu pada wajah Theta.
            “Aku yang harus pergi. Aku bersamanya,” Theta membuka suara, pada akhirnya.
            Sepi. Ada diam yang sesungguhnya menghujam rasa, tajam.
            “Jadi? Apakah memang harus begini?” Alfa melempar pertanyaan.
            Setelah air mata yang secara tidak sengaja, dengan tidak tertahan, mengalir dari sepasang mata berwarna coklat milik Alfa itu.
            “Maafkan aku, Alfa.” Theta berkata datar, seolah menyesal tetapi tidak. Tidak, tidak ada yang tahu.
            “Apa maksud dari semua ini?!” Alfa menyentak memecah sepi.

            Kemudian sepi. Apartemen itu adalah kediaman Alfa dan Theta, dengan sentuhan arsitektur scandinavian yang bisa terlihat pada dinding batu-bata berlapis cat putih polos dan perapian berbahan kayu ebony. Memang waktu yang telah mengantarkan mereka pada ulang tahun kelima pernikahan mereka. Seketika jatuh seikat bunga lavender yang pada sekelilingnya dibalut oleh rangkaian melati dari genggaman tangan Alfa yang baru saja tiba di ruangan apartemen itu. Theta di tengah ruangan apartemen itu berdiri, berciuman mesra sambil merangkul leher Gamma dengan begitu lembutnya. Sepi.
Awalnya sepi.



Muhammad Al Ghifari
April 2015

            

No comments:

Post a Comment