Akhirnya sepi.
Sepi, tidak begitu banyak yang berubah dari suasana ruang apartemen itu. Sebab
waktu yang hanya berubah dan mengubah jalan kisah untuk siapa yang terikat.
Alfa terduduk dengan tidak bermaksud untuk merenungkan jalan kisahnya, hanya
saja memang waktu yang membuatnya terpaksa tidak berdaya di ruang apartemen itu,
sepi.
Senyum yang tidak seorang pun dapat menebak maknanya timbul
ragu-ragu pada wajah Theta.
“Aku yang harus pergi. Aku bersamanya,” Theta membuka
suara, pada akhirnya.
Sepi. Ada diam yang sesungguhnya menghujam rasa, tajam.
“Jadi? Apakah memang harus begini?” Alfa melempar
pertanyaan.
Setelah air mata yang secara tidak sengaja, dengan tidak
tertahan, mengalir dari sepasang mata berwarna coklat milik Alfa itu.
“Maafkan aku, Alfa.” Theta berkata datar, seolah menyesal
tetapi tidak. Tidak, tidak ada yang tahu.
“Apa maksud dari semua ini?!” Alfa menyentak memecah
sepi.
Kemudian sepi. Apartemen itu adalah kediaman Alfa dan Theta,
dengan sentuhan arsitektur scandinavian
yang bisa terlihat pada dinding batu-bata berlapis cat putih polos dan perapian
berbahan kayu ebony. Memang waktu yang
telah mengantarkan mereka pada ulang tahun kelima pernikahan mereka. Seketika
jatuh seikat bunga lavender yang pada
sekelilingnya dibalut oleh rangkaian melati dari genggaman tangan Alfa yang
baru saja tiba di ruangan apartemen itu. Theta di tengah ruangan apartemen itu
berdiri, berciuman mesra sambil merangkul leher Gamma dengan begitu lembutnya. Sepi.
Awalnya
sepi.
Muhammad
Al Ghifari
April 2015
No comments:
Post a Comment